Tengok sosok yang mengidungi dan mencumbu setiap hari
Yang melekatkan dadanya pada dadanya
Menyium dan memeluk hangat dengan tatapan kasih sayang
Ibu...ada rindu yang tertumpah untukmu
Bau wangi yang menyelaraskan rasa hendak menjumpa
Ibu...
Kau fondasi dari segala kekuatan dan semangatku
Darah yang mengalir di tubuhku
Terlantun melodi saat senja mulai menampak
Aku rindu ibu...
Bukan hanya senja tapi disetiap aku menatap
Semakin jauh dan jauh sekali engkau semakin dekat
Ini ibu, bukan susu yang kuberikan
Tak lebih dari air dusta yang ku lakukan
Maaf untuk semua khilafku
07:22 am
7 febuari 2013, Afrita Arisanti
Selasa, 08 Oktober 2013
AYAH
Seolah memesona sang jagad yang begitu gagah
Kekuatan dari semua kekuatan yang ada
Memimpin yang hendak dipimpin
Dan tiang dari segalanya
Ayah..
Layar perahu yang siap mengarungi dunia
Dengan ombak-ombak siap dihadapinya
Ini ayah...
Segelas kopi hitam yang bisa kuberikan
Tak sebanding dengan perjuangan yang kau lakukan untukku
Ayah...
Kaulah semangat yang mengalir di darahku
11:55 am
7 febuari 2013, Afrita Arisanti
HUJAN
Hujan.....
Semakin menebalkan
bayang-bayangmu di kelopakku
Semakin dan semakin jelas
Tapi tak kunjung nyata
Alam melukis indah wajahmu,
dan membuatku ingin terpejam
sejenak
memelukmu dan takkan kulepaskan
tapi sayang, aku harus dewasa
karna semua hitam semu, hitam
maya
seketika mataku mendapat
sepercik cahaya
bayang itu melebur dan melebur
hilang !
kau tlah menjadi mimpi yang ku
rindukan..
kunanti kau datang menyambut
tanganku
mengusap rambutku hingga aku
terlelap
dan ku yakin kau akan slalu
tetap disini....
Afrita Arisanti
29 November 2012, 16:53
DULU !!!!
Dingin embun memelukku erat
Bersandar pada bahu rapuhku
Bersama berlalunya gelap
Surya bergerak, membuka mata cakrawala
Membelalakkan mata-mata kehidupan
Aku masih setia dengan dingin
Mengelus rambutku untuk tetap terlelap
Ini hari telah bangun
Tapi aku tetap saja merangkul mimpiku
Terbejamkan mata membinar linang
Terang, seketika saja pandanganku bersahabat
Mengecil, dan mengecil kembali
Akulah ratu yang masih terbuai
Terelus halusnya belaian senja
Hingga aku kembali menutup
mata
Afrita
Arisanti
26
November 2012, 05 : 33 am
Senin, 30 September 2013
Penghapus Kelam
Abun-abun mengopak susah
Hayat tersambung putih tisu
Berpakai kutung lusuh
Sarit berbalut baris peluh
Berkalung terik mentari
Berpeluk perih nista rohani
Mengecap pahit mendulang letih
Hidupnya...
Trenyuh aku melongok getir harinya
Berdewasa belum pada waktunya
Seperti fajar menampak dini
Menjingga rona..
Afrita Arisanti
11:04 (15 September 2013)
11:04 (15 September 2013)
Langganan:
Postingan (Atom)